Kita bersyukur kepada Allah atas seluruh limpahan nikmat dan karunia yang telah diberikan. Selain dengan mengucapkan tahmid, mewujudkan syukur yang sebenarnya adalah dengan menggunakan nikmat itu sesuai dengn keinginan Sang pemberi. Marilah kita gunakan setiap nikmat untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Karena, kita diberi nikmat kesehatan, agar kita bersemangat dalam beribadah dan melakukan banyak berpahala. Nikmat kesempatan diberikan agar diisi dengan aktifitas yang bermanfaat. Dan nikmat harta diberikan agar kita dapat mencukupi kebutuhan hidup dan tidak lupa berbagi kepada sesama.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan juga orang – orang yang senantiasa teguh membela sunnah hinggsa akhir zaman.
Salah satu bentuk syukur terhadap nikmat harta adalah dengan bersedekah. Sedekah adalah amalan utama. Besar pahalanya dan banyak pula manfaatnya. Hanya saja, kita sering tidak percaya diri saat bersedekah hanya karena nominal yang akan diberikan sedikit. Memang, semakin banyak jumlah yang disedekahkan, semakin banyak pula pahalanya, insyaAlloh. Namun, kita harus tahu bahwa selain “menambah jumlah” ada beberapa hal yang bisa membuat sedekah semakin berbobot dan tinggi balasannya, meski jumlahnya tak seberapa.
Pertama, sedekah akan semakin tinggi nilainya, beberapapun jumlahnya jika diberikan oleh seseorang yang berada dalam kondisi sangat menginginkan harta dan takut jatuh miskin. Sebab dalam kondisi ini biasanya seseorang akan berat memberikan hartanya. Ia masih berangan akan menggunakan hartanya untuk ini dan itu. Sehingga dalam kondisi ini akan terasa lebih berat tapi semakin berat pula pahalanya. Dalam sebuah hadit disebutkan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ وَلَا تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ
Dari Abu Hurairah radiyallohu’anhu berkata, “ seorang bertanya kepada Nabi Shallalohu ‘alihi wa sallam : “Wahai Rosululloh, sedekah apa yang paling afdhol?” Beliau menjawab : “Engkau bersedekah ketika masih dalam keadaan sehat lagi loba, sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, baru berpesan : “Untuk si fulan sekian dan si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR Bukhari)
Ibnu Bathal menjelaskan,
“Karena biasanya, rasa pelit itu muncul pada saat sehat, sehingga sedekah pada saat itu lebih jujur dan lebih besar pahalanya. Berbeda jika seseorang sudah putus asa dari kehidupan dan mulai dapat melihat bahwa hartanya sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.” (Fathul Bariy V/13)
Kedua, dari segi kadar. Semakin banyak yang disedekahkan semakin baik. Hanya saja kadar banyak dan sedikitnya sedekahnya, ukurannya tidak melulu jumlah nominal yang diberikan, tapi lebih pada kemampuan masing – masing orang.
Rosululloh Shallalohu ‘alihi wa sallam berabda,
سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ قَالُوا : وَكَيْفَ ؟ قَالَ : كَانَ لِرَجُلٍ دِرْهَمَانِ فَتَصَدَّقَ بِأَجْوَدِهِمَا ، وَانْطَلَقَ رَجُلٌ إِلَى عُرْضِ مَالِهِ ، فَأَخَذَ مِنْهُ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا
“-Sedekah- salah satu dirham bisa melampoi 100 ribu dirham.” Orang – orang bertanya, “Bagaimana bisa?” Rosululloh menjawab, “Seseorang hanya memliki dua dirham lalu menyedekahkan satu dirham, sedang orang lain memiliki harta melimpah lalu mengambil sejumput hartanya senilai 100 ribu dirham, lalu ia bersedekan dengannya.”(HR. An Nsa’i)
Ketiga, dari segi si penerima sedekah. Sedekah paling utama diberikan kepada sanak kerabat dan saudara muslim yang dekat. Rosululoh Shallalohu ‘alihi wa sallam berabda,
إن الصدقة على المسكين صدقة وعلى ذي الرحم اثنتان صدقة وصلة
“Sedekah kepada orang miskin itu nilainya satu sedekah, tapi sedekah kepada orang memiliki kerabat bernilai sedekah sekaligus silaturrahmi.” (HR. an Nasa’i)
Tentunya hal ini jika tingkat kebutuhannya sama. Adapun jika seseorang tidak memilih hubungan kerbat jauh lebih membutuhkan, tentunya dialah yang lebih berhak terhadap sedekah tersebut.
Keempat dari segi bentuk. Sedekah terbaik adalah sesuatu yang paling sesuai dengan kebutuhan.
Ternyata, ada banyak cara untuk melipatgandakan pahala sedekah. Dengan ini insyaallah kita tidak akan berkecil hati jika memang kemampuan kita untuk memberi kalah jauh dibanding orang berpunya. Dilandasi dengan keikhlasan dan keyakinan, insyaallah pahala yang besar akan didapatkan. Sebagimana Allah Ta’ala berfirman :
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”(QS. Al Baqoroh : 261)
< Semoga bermanfaat>