Umar bin Khattab Radiyallahu 'anhu mengisahkan,
"suatu hari Rasulullah memerintahkan kami untuk bersedekah, bertepatan dengan waktu di mana aku memiliki harta. Maka aku sempat bergumam, "inilah saatnya jika memang ada satu hari di mana saya bisa mengungguli Abu Bakar."
Aku pun mebawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah bertanya, “Wahai Umar, apa yang enkau sisakan untuk keluargamu?”
Aku berkata, “semisal dengan ini”
Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Ketika Rasulullah bertanya, “wahai Abu Bakar, apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?”
Abu Bakar menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.”
Kemudian aku pun bergumam, “demi Allah, aku tidak bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya” (HR. Tirmidzi)
SEDEKAH ADALAH TUNTUTAN TAKWA
Begitulah kedermawanan Abu Bakar As-Siddik dalam membelanjakan hartanya. Hingga Allah memuji beliau dengan firman-Nya
وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى (17) الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى (18) وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى (19) إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى (20) وَلَسَوْفَ يَرْضَى (21)
“ dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” [QS. Al-Lail : 17-21]
Urwah bin Zubair meriwayatkan bahwa ayat-ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar As-Siddik yang telah memerdekakan 7 hamba sahaya yang telah beriman kepada Allah yang disiksa pemilik mereka masing-masing. Sedangkan riwayat lain menyebutkan bahwa ayat-ayat di atas berkenaan dengan Abu Bakar yang membeli Bilal bin Rabah dari majikannya bernama Umayyah bin Khalaf untuk dimerdekakan. Dan sebelum membeli Bilal ini, beliau telah memerdekakan 6 budak. Sebagai mana disebutkan oleh imam al-Qurtubi dalam tafsirnya.
Intinya sebagaimana dikatakan oleh Ibun al-Jauzi bahwa para ulama telah sepakat bahwa ayat tersebut turun berkaitan dengan Abu Bakar As-Siddik.
Inilah di antara unggulan amal sahabat Abu Bakar As-Siddik di samping unggulan-unggulan lain yang beliau miliki. Selayaknya kita banyak belajar kepada sahabat yang masuk katagori al-mubasysyar bil jannah, yang mendapat kabar gembira masuk jannah ini. Di mana Allah menyebut beliau sebagai atqa ‘paling atau sangat bertaqwa’. Lalu menyebutkan kepribadian yang dimilikinya, yakni “yu’ti maalahu yatazakka”, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya.
Maka ada hubungan yang erat antara taqwa dan mendermakan harta. Karena orang yang bertaqwa akan membentengi diri dari apa yang ditakuti dengan apa yang dimiliki. Ketika ia memiliki harta, maka akan ia gunakan harta itu untuk membentengi diri dari apa yang dia takuti, yakni adzab dan kemurkaan Allah. Karena itulah Nabi Sallallahu ‘alaihiwasallam bersabda,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“takutlah kalian terhadap neraka, meskipun hanya dengan (mendermakan) separuh biji kurma” (HR. Bukhari)
Allah juga mengisahkan apa yang dilakukan ahlul jannah sewaktu di dunia,
“dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. [QS. Al-Insan : 8-11]
Maka jelaslah bahwa takwa menuntuk kedermawanan hati untuk berderma, dan sebagai buahnya pelakunya akan dihindarkan dari neraka yang ia takuti.
Setelah menyebutkan keterkaitan antara takwa dengan sedekah, lalu Allah mengisyaratkan bahwa mendermakan harta di jalan Allah bisa menjadi sarana untuk membersihkan. Fiman-Nya,
يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّىyang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. Pada ayat ini tidak disebutkan objek yang dibersihkan. Sesuai kaidah, bahwa ketiadaan objek menunjukkan keumuman objek yang sesuai. Maknanya, mendermakan harta bisa menjadi sarana membersihkan jiwa maupun harta.
BERSIH JIWA DAN HARTA DENGAN BERDERMA
Ketika seseorang mendermakan hartanya maka makin bersihlah hati dari noda-noda yang mengotori. Karena hati juga memiliki potensi tertutup oleh kotoran sebagaimana badan tertempel debu dan kotoran yang melekat. Atau seperti karat yang menempel pada besi, emas mapun perak. Dan masing-masing barang ada cara membersihkannya. Dan di antara cara membersihkan kotoran hati adalah dengan mendermakan harta, yang dengannya menjadi hilanglah penyakit bakhil dan kufur nikmat dalam hatinya.
Sedekah juga menjadi pembersih efektif dari penyakit tamak yang melemahkan hati. Tak ada yang lebih menyiksa hati dari sifat rakus dan tamak. Karena ia tidak pernah merasa puas dari apa yang dimiliki. Ia akan terus tersiksa ketika apa yang diinginkan belum terpenuhi, padahal tak ada sesuatu yang bisa menghentikan ketamakan nafsu selain tanah yang menguburkan saat mati.
Tak ada artinya jika harta kekayaan tidak menimbulkan rasa cukup di dalam diri. Tidak ada artinya kekayaan melimpah jika ternyata ia terus menerus merasa kurang. Padahal apa yang dikonsumsi sebenarnya jauh lebih sedikit dari apa yang diingini. Apakah jika menjadi kaya raya maka porsi makan kita jadi semakin banyak? Tidak, masih sebegitu saja. Apakah jika memiliki banyak mobil lantas semua mobil kita bawa ke mana-mana? Tentu hanya satu yang kita pakai.
Maka ketika nafsu berambisi untuk terus memburu, sedekah menjadi rem dan pengimbang agar nafsu tetap berada dalam kendali. Sedekah menjadi hati lebih qana’ah. Sedangkan qana’ah itu laksana kaca pembesar yang memperjelas penampakan nikmat demi nikmat hingga apa yang dilihat menjadi indah dan menumbuhkan rasa syukur.
Tak hanya membersihkan jiwa seseorang yang bersedekah, namun sedekah juga bisa membersihkan jiwa orang yang disedekahi dari penyakit hasad dan dengki. Karena hal yang bisa memancing kedengkian adalah faktor kecemburan sosial, di mana didapati orang-orang kaya namun tidak memiliki kepedulian terhadap orang miskin di sekitarnya. Keadaan ini memicu timbulnya kedengkian hati oran-orang fakir kepada orang-orang kaya. Maka dengan sedekah menjadi sirnalah kedengkian dan kebencian terhadap sesama manusia.
SEDEKAH MEMBERSIHKAN HARTA
Tak semua harta yang kita miliki itu berstatus bersih. Yakni diperoleh dengan cara 100% hala. Sedikit banyak ada bagian-bagian dari harta kita yang sampai di tangan kita melalui cara yang tidak dibenarkan. Apalagi di zaman sekarang di mana peraktek jual beli begitu banyak berkembang baik dari sisi barang maupun trik dan cara berdagang. Tidak semua barang-barang yang ada itu sudah betul-betul terang dan jelas kehalalannya. Begitupun dengan berbagai model teransaksi yang makin pelik dan rumit.
Maka cara pertama untuk membersihkan harta dari yang haram adalah dengan meninggalkan harta yang haram, baik secara dzat maupun cara mendapatkannya. Wajib bagi kita untuk mempelajari fiqih jual beli hingga jelas bagi kita batasan-batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Adapun dalam perkara yang masih samar atau pun syubhat hendaknya kita tinggalkan. Karena barang siapa yang terjerumus ke dalam perkara yang syubhat, maka ia (mudah) terjerumus kepada yang haram, Nabi Sallallahu ‘alaihiwasallam bersabda :
“barang siapa yang terjerumus kepada yang syubhat, maka ia terjerumus kepada yang haram, seperti seseorang yang menggembala di sekitar daerah larangan, lambat laun akan memasuki juga.” (HR. Muslim)
Namun setinggi apapun kehati-hatian kita, ada kalanya teledor dan khilaf, maka jangan sampai kita merasa telah menempuh cara yang 100% halal untuk semua harta yang kita dapatkan.
Terkadang tanpa berfikir panjang muncul ucapan sumpah serapah, berdusta karena mengikuti lazimnya pedagang pada umumnya dan hal-hal haram lain yang samar mapun yang jelas-jelas ketara.
Karena itulah, Nabi Sallallahu ‘alaihiwasallam menganjurkan untuk bersedekah. Karena dengan sedekah akan membersihkan harta dari dosa. Nabi Sallallahu ‘alaihiwasallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ التُّجَّارِ إِنَّ الْبَيْعَ يَحْضُرُهُ اللَّغْوُ وَالْحَلِفُ فَشُوبُوهُ بِالصَّدَقَةِ
“wahai para pedagang, sesungguhnya pada jual beli itu tercampuri kata-kata yang tidak manfaat dan sumpah-sumpah, maka bersihkanlah ia dengan sedekah.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan al-Hakim)
Inilah faidah sedekah yang dahsyat karena dengannya terkumpul pada diri seseorang antara bersihnya jiwa dan bersihnya harta sehingga layak baginya memasuki surga tanpa harus dibersihkan dahulu di neraka.
Wallahua’lam bishawab.
Semoga kita termasuk hamba-hambaNya yang dermawan, aamiin
=====
untuk dapat berlangganan nasehat-nasehat islami silahkan invite pin BBM 76B0D552 (KCYD)