Kabar Al-Qur'an Yang Paling Menakutkan

2014-11-07 18:07:14      Admin

Ada satu kisah yang dapat kita ambil hikmahnya. Pada suatu malam. Ketika Khalifah Umar bin Khathab dalam perjalanan melewati gurun pasir, beliau bertemu sekelompok kafilah. Saat itu malam begitu gelap. Masing-masing orang tidak saling mengenali. Shahabat Abdullah bi Mas’ud berada dalam kafilah itu. Khafilah Umar memerintahkan seeorang untuk bertanya kepada kafilah tersebut, “Dari manakah kalian? Dan hendak kemana kalian ? ” Abdullah menjawab “Min fajjin ‘amiq ila baitil atiq. Dari lembah yang dalam menuju baitullah al-atiq.”

Jawaban tersebut membuat Umar mengira bahawa di kafilah pasti ada orang yang sangat alim. Kemudian diperintakannya pula untuk bertanya’ “Ayat Qur’an manakah yang paling agung? Ayat apakah yagn paling kuat hukumnya? Dan ayat Qur’an manakah yang paling luas cakupannya?”

Setiap pertanyaan dijawab dengan baik oleh Abdullah. Hingga tiba satu pertanyaan, “Kabar ayat Qur’an manakah yang paling menakutkan?” Abdullah menjawab,

 لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.”
(QS. An Nisaa’ ; 123)

Abdullah bin Mas’ud menilai ayat ini memberikan kabar yang menakutkan. Pendapat itu disetujui oleh Umar. Kabar yang menakutkan yang pertama ada pada kalimat “pahala itu bukanlah seperti angan-anganmu”.
Mereka khawatir jika sebagian pahala atau bahkan seluruh amal mereka tidak diterima oleh Alloh, pahala mereka adalah generasi terbaik umat ini. Karena itu, semestinya kita lebih layak untuk takut dan khawatir. Sebab, semakin seseorang memiliki ilmu dan banyak amal, dia semakin takut kepada Alloh.

Selama ini, boleh jadi kita sering mengingat kebaikan yang pernah kita lakukan, berbagai ibadah yangkita jalankan. Lalu kita mengkalkulasi, begitu banyak pahala yang menurut kita telah kita kumpulkan. Semestinya kita khawatir, jangan-jangan nilai disisi Alloh sebenarnya jauh dari angan-angan kita.

Kelak akan banyak orang yang celaka. Mereka merasa telah berbuat yang sebaik-baiknya, padahal apa yang dianggap baik, ternyata bukan kebaikan menurut Alloh,

الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”
(QS. Alkahfi : 104)

Ibnu Qayyim al-Jauziyah menafsirkan maksud yang merugi dalam ayat ini, “inilah hasil amalan yang bukan diperuntukkna Alloh, atau tidak mengikuti sunnah Rosululloh Shallalohu ‘alihi wa sallam.”
Maka selayaknya kita memperhatikan dan mengevaluasi amal kita, sebelum dan sesudahnya. Sebelum beramal, selayaknya kita bertanya, “liman a’mal? Wa kaifa a’mal?”, utuk siapa saya beramal? Dan bagaimana saya mesti beramal? Jawaban yang pertama adalah dengan mewajibkan hati kita untuk ikhlas, yakni tidak beramal dan berbuat kecuali hanya karena Alloh semata. Adapun pertanyaan kedua, “bagaimana saya mesti bramal?” Jawabannya haruslah dengan mutaba’ah, mengikuti sunnah Rosululloh Shallalohu ‘alihi wa sallam.

“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah dariku, maka tertolak.”
(HR. Bukhori)

Amal yang diterima oleh Alloh, hanyalah amal yang ikhlas dan benar. Sementara kita tidak bisa menjamin, bahwa semua yang kita lakukan sudah ikhlas seperti yang diperintahkan, baik sebelum amal, tatkala beramal, dan ba’da amal. Tidak heran jika ulama salaf mengatakan, “ikhlas itu berat.”

Sufyan ast-Tsauri juga berkata,
”Aku tidak pernah mengobati penyakit yang lebih berat dari mengobati niatku.”

Orang yang beribadah tapi tidak ikhlas atau tidak benar, kelak akan tertipu oleh angan-angannya. Orang yang benar-benar tertipu adalah orang yang membawa pahala kebajikan yang banyak, namun pahalanya harus dibagi-bagi lantaran kedzhaliman yang dilakukannya. Paddahal kebaikannya pun habis. Bahkan masih menanggung dosa orang yang diddzhalimi. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam barsabda,

“Sesungguhnya orang yang bangkrut dikalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan pahala sholat, sgaum, maupun zakat. Akan tetapi dia telah mencela ini, menuduh itu, memekan harta si anu, menumpahkan darah si anu, memukul si anu, lalu kebaikannya diberikan kepada si ini, kebaikan lain diberikan kepada si itu, hingga kebaikannya telah habis sementara ke dzhalimannya belum terlunasi, maka dosa orang yang didzhalimi ditimpali kepadanya, lalu dia dilemparkan ke neraka.”
(HR. Muslim)

Hal kedua dalam ayat tersebut yang membuat takut para shahabat adalah kalimat, “Barang siapa mengerjakan kejahatan niscya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.”

Padahal merka adalah orang yang sedikit sekali melakukan dosa. Karena sedikitnya, mereka bisa mengingat, kapan dan dosa apa yang telah mereka lakukan. Itupun, mereka tekut jika dosa yang pernah mereka lakukan mengakibatkan jatuhnya sanksi yang menimpa mereka. Karena dosa bisa mendatangkan musibah, baik berupa siksa dunia maupun siksa akhirat.

Telah dikabarkan bahwa Abu Bakar bertanya kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa salla,
“Whai Rasulullah, bagaimana akan ada keberuntungan setelah ayat ini, maka setiap apa yang (dosa) yang kami lakukan maka kami akan dibalas?”
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam barsabda,
“Semoga Alloh mengampunimu wahai Abu Bakar, bukankah kamu pernah sakit? Bukankah kamu pernah kelelahan? Bersdih? Bukankah kamu pernah mengalami ditimpa cobaan?”
abu Bakar menjawab: “ya”
kemudian beliau bersabda,
“Maka itu semua adalah balasan bagi kalian.” (HR. Ahmad)

Dalam hadits tadi, terdapat ancaman menakutkan. Namun juga ada hiburan yang melegakan. Dimana setiap kesusahan dan penderitaan sekecil apapun yang dialami oleh seorang muslim itu adalah kafarah (penebus) bagi dosa.
Pada akhirnya, kita berdo’a, semoga Alloh berkenan mengampuni dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita dari siksa neraka. Aamiin.

Tags :

Recomendation for you

Mengubah Misi Hidup Dari Main main Menjadi Serius

12-Des-2012      Admin
Ada sebuah kisah yang menggugah jiwa. Dari seorang ahli ibadah terkenal bernama Ibrahim bin Adham. Beliau termasuk keturunan orang

Sedekah Yang Baik Tak Harus Banyak

12-Des-2012      Admin
Kita bersyukur kepada Allah atas seluruh limpahan nikmat dan karunia yang telah diberikan. Selain dengan mengucapkan tahmid, mewujudkan syukur

Program Utama

Video

Facebook

COPYRIGHT © 2014 FOSA INDONESIA